ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS HARUN MASIKU PADA MAJALAH TEMPO

Authors

  • Wiwid Adiyanto Universitas Amikom Yogyakarta
  • Ahmad Khairul Nuzuli universitas Amikom Yogyakarta

DOI:

https://doi.org/10.33633/ja.v3i1.3467

Abstract

AbstrakPenelitian ini merupakan  kajian teks dengan analisis framing Robert N Entman dengan Teori Agenda Setting untuk menggambarkan  proses seleksi dan realitas media.  Objek  penelitian  ini  adalah  laporan  utama  majalah  Tempo  edisi  20-26 Januari  2020  terkait  kasus  yang  melibatkan  Harun  Masiku.  Hasil  peneitian  ini memperlihatkan Tempo cenderung mengemas berita yang menyorot pemerintah tidak serius dalam pemberantasan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) di Indonesia.  Tempo menyikapi  kasus suap yang menyorot Harun Masiku  sebagai permasalahan   kekuasaan   dari  partai  PDIP   yang  merambah   pada  beberapa institusi terkait. Harun Masiku dilihat hanya sebagai salah satu aktor kekuasaan yang   sebenarnya   ada   pada   kekuasaan   terstruktur   yang   saling   berkaitan, termasuk kaitannya dengan presiden dan DPR. Tempo memposisikan KPK secara institusi menjadi korban dari kekuasaan luar yang masuk dalam institusi KPK yang seharusnya  independen.  Pada  akhirnya  Tempo  menyorot  rekomendasi   agar kasus Harun Masiku diusut tuntas, termasuk  penindakan  pada aktor lain yang terkait.  Tempo  melihat  kekuasaan  tersebut  sebagai  strategi  yang  dirancang secara sistematis yang dimulai dari perubahan Undang-Undang terkait KPK yang justru melemahkan KPK.Kata Kunci: Harun Masiku, PDIP, KPK, Tempo, Framing AbstractThis  research  is  a  text  study  with  Robert  N  Entman's  framing  analysis  with Agenda Setting theory to describe the selection process and media  reality. The object of this research  is the main report of the 20-26 January 2020 edition of Tempo magazine regarding the case involving Harun Masiku. The results of this research show that Tempo tends to publish news that highlights that the government is not serious in eradicating corruption, collusion and nepotism (KKN) in Indonesia. Tempo is addressing the bribery case that highlighted Harun Masiku as a problem of power from the PDIP party which has penetrated several related institutions. Harun Masiku is seen only as one of those power actors who actually have structured powers that are interrelated, including those with the president and the DPR. Tempo has positioned the Corruption Eradication Commission as an institution  as a victim  of outside  powers  that  enter the KPK institution,  which should have been independent. In the end, Tempo highlighted a recommendation that the Harun Masiku case be thoroughly investigated, including the prosecution of  other  related  actors.  Tempo  sees  this  power  as  a  systematically  designed strategy   that   starts   with  the  amendment   of  the  Law  on   the  Corruption Eradication Commission which actually weakens the KPK.Keywords: Harun Masiku, PDIP, KPK, Tempo, Framing

Downloads

Published

2020-10-19