Representasi Peran Ayah dalam Film Ngeri-Ngeri Sedap (Analisis Semiotika John Fiske)
DOI:
https://doi.org/10.33633/andharupa.v9i02.7887Abstract
AbstrakPeran ayah di dalam sebuah keluarga merupakan sosok yang paling mendominasi karena memiliki tanggung jawab besar sebagai pemimpin keluarga. Hal tersebut merupakan kondisi sosial yang disebut budaya patriarki dimana kepemimpinan serta otoritas tertinggi dipegang dan didominasi oleh kaum laki-laki. Film Ngeri-Ngeri Sedap ini dibangun berdasarkan tropes orang Batak di dalam film yang sering menjadikan peran ayah sebagai penggerak cerita sekaligus sumber konflik di dalam keluarga. Berdasarkan fenomena tersebut, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana representasi peran ayah dalam film Ngeri-Ngeri Sedap menggunakan metode kualitatif dengan paradigma kritis. Penulis memilih enam belas scene untuk diteliti dengan teknik analisis semiotika John Fiske yang terbagi menjadi tiga level yaitu, level realitas, level representasi, dan level ideologi. Hasil dari penelitian ini ditemukan bahwa sosok ayah di representasikan sesuai dengan ciri budaya patriarki privat dan memiliki peran sebagai seorang protector (sebagai seorang pelindung dan pengontrol), decision maker (sebagai seorang pembuat keputusan), monitor and disciplinary (sebagai seorang pengawas dan memberikan pembelajaran), provider (sebagai seorang penyedia fasilitas), dan responsibility (sebagai seorang yang memenuhi kebutuhan) kepada keluarganya. Kata Kunci: film, patriarki, peran Ayah, representasi, semiotika John Fiske AbstractIn a family, the most dominating role figure is the father because he has a great responsibility as the family leader. This social condition is called patriarchal culture where the highest leadership and authority is held and dominated by men. This Ngeri-Ngeri Sedap film is based on the tropes of the Batak people which often make the father's role as the driving force of the story as well as the source of the conflict within the family. Based on this phenomenon this conducted research is to find out how the representation of the father's role in the Ngeri-Ngeri Sedap film uses qualitative methods with a critical paradigm. The researcher chooses sixteen scenes to be examined by John Fiske's semiotic analysis divided into three levels; the reality, representation, and ideology levels. The study found that the father figure is represented according to the characteristics of private patriarchal culture and has a role as a protector (to protect and control), the decision maker, to monitor, and disciplinary (as a supervisor and provides learning), provider, and as someone who fulfills needs of the family. Keywords: film, patriarchal, representation, semiotics John Fiske, the role of fathersReferences
Adam, A. (2022). Ngeri-ngeri sedap dan film batak yang berusaha lepas dari jakartasentris. Magdalena.Co. [Online] https://magdalene.co/story/ngeri-ngeri-sedap-dan-film-batak-yang-berusaha-lepas-dari-jakartasentris [Diakses pada 23 November 2022]
Evrinson Frans, K. (2018). Representasi Patriarki Keluarga Batak (Studi Sosiologi Film: Toba Dreams). 5, 1–14. https://digilib.unri.ac.id/index.php/index.php?p=show_detail&id=77621&keywords=
Gramedia.com. (2021). Bahasa Tubuh dan Bagaimana Cara Memahami Pikiran Lawan Bicara. Gramedia.Com. [Online] https://www.gramedia.com/literasi/bahasa-tubuh/ [Diakses pada 3 Januari 2023]
Halik, A. (2018). Paradigma Kritik Penelitian Komunikasi (Pendekatan Kritis-Emansipatoris Dan Metode Etnografi Kritis). Jurnal Tabligh, 19(2), 162–178.
Haryati. (2021). Membaca Film (Memaknai Representasi Etos Kerja dari Film Melalui Analisis Semiotika). Bintang Pusaka Madani Yogyakarta.
Ilmi, K. A. (2022, September 23). Hebat! Ngeri-Ngeri Sedap Siap Mewakili Indonesia di Oscar 2023. Timesindonesia.Co.Id. [Online] https://timesindonesia.co.id/entertainment/429652/hebat-ngeringeri-sedap-siap-mewakili-indonesia-di-oscar-2023 [Diakses pada 23 November 2022]
Israpil. (2017). Budaya Patriarki dan Kekerasan Terhadap Perempuan (Sejarah dan Perkembangannya). Jurnal Pusaka, 5(2).
Kementerian Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak. (2021). Menteri PPPA : Budaya Patriarki Pengaruhi Rendahnya Ipm Perempuan. Kementrian Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak. [Online] https://kemenpppa.go.id/index.php/page/read/29/3114/menteri-pppa-budaya-patriarki-pengaruhi-rendahnya-ipm-perempuan [Diakses pada 15 November 2022]
Laily, I. N. (2022). Ideologi adalah Gagasan, Pahami Pengertian, Ciri-Ciri dan Contohnya. Katadata.Co.Id. [Online] https://katadata.co.id/safrezi/berita/61ea18b9dd06b/ideologi-adalah-gagasan-pahami-pengertian-ciri-ciri-dan-contohnya. [Diakses pada 10 Januari 2023]
Limbong, M. E. A. B. (2022). Budaya Patriarki dalam Etnis Batak Toba, Adakah Pihak yang Dirugikan? Kompasiana. [Online] https://www.kompasiana.com/mialimbong22508/62a3e6252098ab0176238b62/budaya-patriarki-dalam-etnis-batak-toba-adakah-pihak-yang-di-rugikan [Diakses pada 23 November 2022]
Mayputri, T. (2022). Budaya Patriarki yang Masih Melekat di Indonesia. Kumparan.Com. https://kumparan.com/tiffany-mayputri/budaya-patriarki-yang-masih-melekat-di-indonesia-1y9OrQN3MQr [Diakses pada 27 Desember 2022]
Mellissa, V. (2019). Sederhana Tapi Penting, Inilah Manfaat Menonton Film Keluarga. Futuready.Com. [Online] https://www.futuready.com/artikel/family/ sederhana-tapi-penting-inilah-manfaat-menonton-film-keluarga/ [Diakses pada 27 Desember 2022]
Muslim, M. (2018). Varian-Varian Paradigma, Pendekatan, Metode, Dan Jenis Penelitian Dalam Ilmu Komunikasi. Media Bahasa, Sastra, Dan Budaya Wahana, 1(10), 77–85.
Nadya, N., Maryam, S., & W, R. N. (2020). Representasi Budaya Partiarki dalam Iklan Televisi Sariwangi Versi #Maribicara.
Nathania, N. V., & Kadiasti, R. (2022). Analisis Komparasi Gesture Karakter Barat Dan Timur Berdasarkan Archetype Dari Film Animasi Musikal “Frozen” Dan “Meraih Mimpi.” ADHARUPA: Jurnal Desain Komunikasi Visual & Multimedia, 8(01), 67–79.
Parmanti, & Purnamasari, S. E. (2015). PERAN AYAH DALAM PENGASUHAN ANAK. https://doi.org/10.26486/psikologi.v17i2.687
Pratista, H. (2017). Memahami Film. Montage Press.
Ramdani, Z. P. (2021). Gesture Mengungkap di Balik Bahasa Tubuh Orang Lain dari Mikroekspresi hingga Makroekspresi. Jendela Penerbit.
Sakina, A. I., & Siti A, D. H. (2017). Menyoroti Budaya Patriarki Di Indonesia. Share : Social Work Journal, 7(1), 71. https://doi.org/10.24198/share.v7i1.13820
Setiawan, H., Aziz, A., & Debby, K. (2020). Ideologi Patriarki Dalam Film (Semiotika John Fiske Pada Interaksi Ayah Dan Anak Dalam Film Chef). Adharupa Jurnal Desain Komunikasi Visual & Multimedia.
Silvanari Ambar, T. (2021). Representasi Karakter Ayah Pada Film NKCTHI : Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini. Jurnal Media Dan Komunikasi Indonesia.
Sobur, A. (2020). Semiotika Komunikasi. PT. Remaja Rosdakarya.
Suara.com. (2022). 5 Manfaat Melakukan Kontak Mata saat Berkomunikasi dengan Lawan Bicara. Suara.Com. [Online] https://www.suara.com/lifestyle/2022 /06/22/144142/5-manfaat-melakukan-kontak-mata-saat-berkomunikasi-dengan-lawan-bicara [Diakses pada 3 Januari 2023]
Sugiyono. (2021). Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif,dan R&D. Alfabeta, Cv.
Sukarno, Endi. (2019). Perempuan dalam Cengkraman Budaya Patriarki. Radar Jogja. [Online] https://radarjogja.jawapos.com/opini/2019/10/09/perempuan-dalam-cengkraman-budaya-patriarki/ [Diakses pada 11 November 2022]
Sutanto, S. M. (2020). Dekonstruksi Representasi Perempuan. ANDHARUPA: Jurnal Desain Komunikasi Visual & Multimedia, 06(01), 1–17.
Vera, N. (2015). Semiotika dalam Riset Komunikasi. Penerbit Ghalia Indonesia.
Downloads
Published
Issue
Section
License
Authors who publish with this journal agree to the following terms:
- Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution License that allows others to share the work with an acknowledgment of the work's authorship and initial publication in this journal.
- Authors are able to enter into separate, additional contractual arrangements for the non-exclusive distribution of the journal's published version of the work (e.g., post it to an institutional repository or publish it in a book), with an acknowledgment of its initial publication in this journal.
- Authors are permitted and encouraged to post their work online (e.g., in institutional repositories or on their website) prior to and during the submission process, as it can lead to productive exchanges, as well as earlier and greater citation of published work (See The Effect of Open Access).