Nilai Kemanusiaan dalam Bingkai Pluralisme dan Multikulturalisme dalam Komik “Sandhora” (1970) Karya Teguh Santosa

Authors

  • Aditya Nirwana Universitas Ma Chung
  • Daniel Ginting Universitas Ma Chung

DOI:

https://doi.org/10.33633/andharupa.v3i01.1287

Abstract

AbstrakWajah perkomikan di Indonesia sangat dipengaruhi oleh kondisi zaman. Komik “Sandhora†tidak hanya mengungkapkan gejala-gejala seniman penciptanya, namun juga merefleksikan kondisi sosio-kultural pada masa itu dan pemikiran ideologis kebudayaan Nusantara, dan patut diduga memiliki komitmen yang kuat terhadap paradigma estetik humanisme universal. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan makna primer, sekunder dan intrinsik yang membentuk dunia motif artistik, gambar komik, dan nilai simbolik dalam komik “Sandhora†(1970) karya Teguh Santosa. Dengan menggunakan metode sejarah dan pendekatan teori ikonografi dan ikonologi Erwin Panofsky, penelitian ini menemukan bahwa secara faktual komik ini menceritakan tentang kisah cinta antara dua tokoh utama yang penuh dengan konflik, ketegangan, pertarungan antara hidup dan mati, kelicikan, kekesatriaan, dan harapan, yang diekspresikan melalui hubungan antar elemen/unsur komik. Tema yang diangkat dalam Komik “Sandhora†ini adalah kemanusiaan dalam konteks pluralisme dan multikulturalisme dengan setting Indonesia. Tema komik ini menunjukkan betapa kuatnya komitmen terhadap paradigma estetik Humanisme Universal, yang populer pada paruh kedua 1960-an hingga tahun 1980-an. Komik “Sandhora†karya Teguh Santosa ini merupakan kristalisasi simbol dari pembelaan terhadap nilai-nilai kemanusiaan/humanisme, kebebasan berekspresi, dan kesetaraan manusia, serta upaya perjuangan budaya dalam rangka mempertahankan dan mengembangkan martabat diri bangsa Indonesia di tengah masyarakat global. Kata Kunci: humanisme, komik, multikulturalisme, nilai, pluralism. AbstractComics in Indonesia is heavily influenced by conditions of the era. "Sandhora" not just reveal symptoms of the creator, but also reflecting the socio-cultural conditions in those days and ideological thought of culture, and is suspected to have a strong commitment to the universal humanism, as aesthetic paradigm. This study aims at describing primary, secondary and intrinsic values that form artistic, pictorial, and symbolic values of “Sandhora†comic (1970) by Teguh Santosa. Using historical and iconography approaches, this study found this comic is depicting a love story of two main characters whose life is full with conflicts, tenses, struggles between life and death, craftiness,chivalry, and expectations expressed through the relationships between comic elements. The comic proposes the theme of humanity within the spirit of pluralism and multiculturalism. This themse shows author’s strong commitment to the aesthetic paradigm of Universal Humanism which used to popular in the second half of the 1960s to the 1980s. This comic also symbolizes the defense of human values/humanism, freedom of expression, and equality of human beings, as well as the efforts of cultural struggle in order to maintain and develop the dignity of the Indonesian nation in the global community. Keywords: humanism,comic, multi-culturalism, values, pluralism.

Author Biography

Aditya Nirwana, Universitas Ma Chung

Program Studi DKV Universitas Ma Chung

References

Eisner, Will, 2000. Comics & Sequential Art. Florida : Poorhouse Press.

Suroto, Surjorimba. 2007. Pengantar Kuratorial, dalam katalog Pameran Komik Indonesia Satu Dekade (KONDE), 9-18 Agustus 2007 di Bentara Budaya Jakarta. Jakarta : Akademi Samali.

Lubis, I. 2009. Komik Fotokopian Indonesia 1998-2001. Jurnal Visual Art & Desain. Vol. 3, No. 1. Hal 57-78. Bandung: ITB

Atmadiredja, Genardi. 2012. Komik Di Indonesia: Sebuah Studi Perbandingan Antara Komik Lokal Dengan Komik Asing. Url: https://www.academia.edu/5078769/KOMIK_DI_INDONESIA_SEBUAH_STUDI_PERBANDINGAN_ANTARA_KOMIK_LOKAL_DENGAN_KOMIK_ASING [diakses pada 20 Agustus 2016]

Kasmana, dkk. 2014.

Bonneff, Marcel. 1998. Komik Indonesia. Jakarta : Kepustakaan Populer Gramedia.

Santosa, Teguh. 1970. Sandhora, Jilid 1-10. Jakarta : UP. Pantjar Kumala.

McGrath, Alister E. Sejarah Pemikiran Reformasi. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Abbagnano, N. 1967. The Encyclopedia of Philosophy Vol. 3. New York: Macmillan Publishers

Suseno, Franz M. 2003. Manusia dan Kemanusiaan dalam Perspektif Agama. Jogjakarta: Penerbit Jendela.

Hadi, Sofyan. 2012. Kebhinekaan dalam Beragama. Url: https://www.academia.edu/24141066/Kebhinekaan_dlm_Beragama [diakses pada 20 Agustus 2016]

Madjid, M. Dien & Johan Wahyudi. 2014. Ilmu Sejarah : Sebuah Pengantar. Jakarta: Prenada Media Group

Panofsky, Erwin. 1955. Meaning of The Visual Arts. New York : Doubleday Anchor Books.

Abdurrahman, Dudung. 1999. Metode Penelitian Sejarah. Ciputat: Wacana Ilmu.

Moleong, Lexy J. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Rosda.

Wicaksono, Andri. 2014. Pengkajian Prosa Fiksi. Yogyakarta : Penerbit Garudhawacana.

Aminuddin, 2014. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung : Sinar Algesindo.

Feldman, Edmund Burke, 1967. Arts as Image and Idea. New Jersey : Prentice Hall.

TH, Ganes. 1968. Si Buta dari Goa Hantu : Misteri Borobudur. Jakarta : Pustaka Satria Sejati.

Syarifuddin. 2015. Mengingat-ingat Teguh Santosa (1942-2000), dalam Abdul Malik dan S. Jai (Eds.) Sebuah Antologi : Maestro of The Darkness, Teguh Santosa 1942-2000, Malang : Penerbit Media Nusa Creative, pp. 89-96.

Ruttkowski W. & Reichmann E, 1974. Das Studium der Deutschen Literatur. Philadelphia : National Carl Schurz Association.

Bittner, Wolfgang, 2006. Das Abenteuer in der Literatur. Dalam Bittner (Ed) Schreiben, Lesen, Reisen. ISBN 978-3-89896-253-7. Oberhausen 2006, pp. 53-60.

Robbins, Stephen P. 2007. Perilaku Organisasi. Buku 1. Jakarta : Salemba Empat.

Breckler, S. J. 1984. Empirical Validation of Affect, Behavior, and Cognition as Distinct Component of Attitude. Journal of Personality and Social Psychology.

Burhan, M. Agus, 2003. Seni Rupa Modern Indonesia : Tinjauan Sosiohistoris. Dalam Wicaksono, Adi dkk. (Eds.) Aspek Seni Visual Indonesia: Politik dan Gender. Yogyakarta : Yayasan Seni Cemeti, pp. 19-45.

Moeljanto, D.S. & Taufiq Ismail. 1995. Prahara Budaya: Kilas-Balik Ofensif Lekra/PKI Dkk. Bandung : Mizan.

Valiandra, Dhany. 2015. Serpihan Kenangan Menemani Bapak Sebagai Seorang Komikus, dalam Abdul Malik dan S. Jai (Eds.) Sebuah Antologi : Maestro of The Darkness, Teguh Santosa 1942-2000. Malang : Penerbit Media Nusa Creative, pp. 1-36.

Angkatan Bersendjata. 1968. Sunarto PR : Pelukis Merdeka, p. IV. URL : http://archive.ivaa-online.org/khazanahs/detail/1946 [diakses pada 26 Agustus 2016].

Winarto, Jasso. 1969. Sunarto PR : Sebuah profil. Dalam Sinar Harapan, pp. VI-VII. URL : http://archive.ivaa-online.org/khazanahs/detail/1900 [diakses pada 26 Agustus 2016].

Narwanti, Utari Dewi. 2003. Wawancara Yayasan Seni Cemeti dengan Sunarto PR tentang Sanggar Bambu. URL : http://archive.ivaa-online.org/khazanahs/detail/1957 [diakses pada 20 Agustus 2016]

Langer, Suzanne K., 2006. Problematika Seni. Bandung : Sunan Ambu Press, STSI Bandung.

Downloads

Published

2024-07-04